Senin, 24 Juni 2013

BAHASA_UNARS



  BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pada makalah ini kita akan mempelajari sajian materi metode pembelajaran bahasa indonesia, khususnya pembelajaran bahasa indonesia dikelas rendah, yaitu pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Metode-metode tersebut adalah metode eja, metode suku kata dan kata, metode global dan metode SAS. Setelah kajian materi ini dapat dipahami, kita diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai metode pembelajaran bahasa indonesia di SD. 

B.       Rumusan Masalah
1.                  Apa metode pembelajaran kelas rendah itu ?
2.                  Apa saja yang termasuk dalam metode pembelajaran kelas rendah ?

C.      Tujuan
Untuk mengetahui dan  mempelajari apa saja metode-metode pembelajaran dikelas rendah sehingga kita dapat menerapkannya.


BAB II
PEMBAHASAN
METODE PEMBELAJARAN BAHASA DIKELAS RENDAH
1.        Pengertian Metode Pembelajaran Dikelas Rendah
Metode adalah rencana penyajian bahan secara menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan atau approach tertentu dalam Tatat Hartati dkk. (2006). Jadi metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan pendekatan bersifat fhilosofis atau aksioma. Dari suatu pendekatan dapat tumbuh beberapa metode.
Metode pembentukan kebiasaan (habit formation) adalah metode yang berorientasi pada proses. Metode alamiah (natural method) berorientasi pada situasi di mana belajar itu terjadi dan kondisi belajar. Metode berfungsi sebagai jembatan penghubung antara teori dan praktik, antara pendekatan dan teknik.

2.        Macam-macam Metode Pembelajaran Dikelas Rendah
Menurut (Mackey dalam Subana, 20), metode pembelajaran dikelas rendah akan diuraikan sebagai berikut :
a.    Metode Eja
Pembelajaran MMP dengan metode eja memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihapalkan dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan →latihan menulis lambing tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )
d, u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u → ku )ontoh, ambillah kata’’
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat menulis huruf-huruf lepas, kemudian dilanjuutkan dengan belajar menulis rangkai huruf yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata” badu”tadi. Selanjutnya, murid diminta menulis seperti : ba - du → badu.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral, pendekatan kumunikatif, dan pendekatan pengalaman berbahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar, dengan kehiduipan murid menuju hal-hal yang sulit dan mungkin meruipakan sesuatu yang baru bagi murid.
Kelemahan yang mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun murid mengenal dan hafal abjad dengan baik, namun murid tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian huruf yang berupa suku kata atau kata.

b.    Metode suku kata dan metode kata
Proses pembelajaran  MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-kata tadi misalnya :

ba – bi                         cu – ci              da – da            ka – ki
ba – bu            ca – ci              du – da                        ku – ku
bi – bi              ci – ca              da – du                        ka – ku
ba – ca             ka – ca             du – ka                        ku – da

Kegiatan tersebut dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana. Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku kata.
Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode rangkai kupas.

c.    Metode Global
Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh dapat dilihat bahan ajar untuk MMP yang menggunakan metode global.
·         Memperkenalkan gambar dan kalimat
·         Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata
·         Kata menjadi huruf-huruf
Ini mama
i n i                  m a m a
i -ni                  ma - ma
i ni            m - a – m - a

d.   Metode Structural Analisis Sintesis(SAS)
Merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan proses pembelajaran MMP bagi siswa pemula. Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang member makna lengkap , yakni skruktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur nya kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajan MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) MMP yang sesungguh nya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara.
Proses penguraian atau pengalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS meliputi :
1.    Kalimat menjadi kata-kata
2.    Kata menjadi suku-suku kata
3.    Suku kata menjadi huruf-huruf

Dengan GBPP 1984 yang memuat beberapa metode pengajaran bahasa. Metode-metode sebagai berikut ini:
a.       Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu teknik mengajar dengan memperagakan, mempertunjukan, atau menayangkan sesuatu. Siswa dituntut memperhatikan objek yang didemonstrasikan. Melalui metode ini siswa dapat mengembangkan keterampilan mengamati, menggolongkan, menarik kesimpulan, menerapkan atau mengkomunikasikan.
b.      Metode Diskusi
Diskusi adalah proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok. Setiap anggota kelompok saling bertukar ide atau pikiran tentang suatu isu dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah, menjawab suatu pertanyaan, menambah pengetahuan atau pemahaman, atau membuat suatu keputusan. Jadi setiap siswa harus aktif memecahkan masalah. Apabila proses diskusi melibatkan seluruh anggota kelas, pembelajaran dapat terjadi secara langsung dan bersifat berpusat pada siswa.
Dikatakan pembelajaran langsung karena guru menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi, mengontrol aktivitas siswa serta menentukan fokus dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan berpusat kepada siswa karena sebagian besar input pembelajaran berasal dari siswa, mereka secara aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat menemukan hasil diskusi mereka.
c.       Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode mengajarkan sesuatu bahan dengan penuturan, penerangan, atau penjelasan bahasa lisan kepada siswa. Keberhasilan siswa melalui teknik ceramah sangat bergantung kepada kemampuan siswa dalam menyimak.

d.      Metode Penugasan
Metode penugasan adalah teknik pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk atau instruksi guru. Tugas dapat bersifat individu dan kelompok.
e.       Metode Tanya Jawab
Melalui pertanyaan guru memancing waktu jawaban tertentu dari siswa jawaban yang diharapkan akan tercapai apabila siswa telah mempunyai pengetahuan siap, ingatan, atau juga penalaran tentang yang ditanyakan. Gambaran situasi yang mendahului pertanyaan sangat membantu siswa dalam menanggapi pertanyaan. Melalui metode ini dapat dikembangkan keterampilan mengamati, menafsirkan, menggolongkan, menyimpulkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Sajian pertama pada awal-awal anak memasuki lingkungan sekolah adalah program MMP 
( Membaca menulis Permulaan ). Dalam pelaksanaannya di dalam kelas dikenal bermacam-macam metode pembelajaran MMP, yakni metode eja, metode suku kata, metode kata, metode global, dan metode SAS.
            Pembelajaran MMP dengan metode eja dimulai dengan pengenalan unsur bahasa terkecil yang tidak bermakna, yakni huruf. Berbekal pengetahuan tentang huruf-huruf tersebut, kemudian pembelajaran MPP bergerak menuju satuan-satuan bahasa di atasnya, yakni suku kata, kata dan akhirnya kalimat. Perbedaan dari kedua metode ini terletak pada cara pelafalan abjadnya.
            Metode suku kata dan metode kata memulai pembelajaran MMP dari msuku-suku kata(metode suku kata ) dan dari kata ( metode kata ). Proses pembelajaran melalui kedua metode ini dilaksanakan dengan teknik mengupas dan teknik merangkai.
            Metode global dan metode SAS memiliki kesamaan dalam hal pengambilan  titik tolak pembelajaran MMP. Proses pembelajaran dimaksud diawali dengan memperkenalkan struktur kalimat sebagai dasar bagi pembelajaran MMP. Perbedaannya proses pembelajaran MMP dengan metode global tidak disertai dengan proses sintesis, sedangkan SAS menurut proses analisis dan proses sintesis. 









PERTANYAAN.

Diantara metode – metode tersebut, manakah yang menurut anda yang efektif digunakan untuk peserta didik kelas rendah?

JAWABAN.

Menurut kami semua metode tersebut sangaat baik diterapkan pada murid sd kelas rendah. Tapi diantara metode – metode tersebut lebih baik menggunakan metode eja, alasannya murid kelas rendah belum menggenal kata. Maka dari itu lebih baik menggunakan metode eja untuk mempermudah murid untuk mengenal kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar